Identitas Buku
Penulis : Asma Nadia
Penerbit : Republika
Tahun Terbit : 2017
Jumlah Halaman : 221
Sinopsis
Bukan besarnya rumah atau luas halaman dari balik pagar rendah yang memesona Rara, melainkan jajaran pot-pot cantik yang ditaruh di depan jendela-jendela besar rumah tersebut. Belum pernah Rara melihat jendela sedemikian indah. Mulai hari itu, ia punya sesuatu untuk diimpikan. Bapak dan Ibu harus tahu.
Rara adalah gadis yang periang dan suka bermain. Ia dan teman-temannya suka bermain di pinggir-pinggir jalan saat istirahat mengamen, di bawah derasnya hujan, juga di pekuburan tengah kota Jakarta yang menjadi lingkungan tempat tinggalnya. Sebagai gadis kecil, ia merasa tak kekurangan apa pun, apalagi orangtuanya tak pernah memarahinya seperti ibu-bapak teman-temannya.
Tapi ada satu mimpi Rara yang ingin sekali ia wujudkan. Sebuah mimpi sederhana, untuk memiliki jendela. Ia ingin sekali bisa tetap melihat hujan, dan tak harus menyalakan lampu ketika siang meski pintunya ditutup. Namun Rara tak tahu, keinginan sederhananya diam-diam membuat pusing orang-orang terdekatnya hingga gadis kecil itu harus membayar mahal agar mimpinya terwujud.
Bagi sebagian orang, punya rumah berjendela merupakan hal yang biasa. Tapi tidak bagi Rara. Tinggal di rumah berdinding triplek, ia sangat ingin punya jendela. Keinginan tersebut muncul saat ia melihat jendela yang sangat banyak dan lebar di perumahan dekat gedung sekolahan bersejarah, hal itu membuatnya begitu terpukau. Sayangnya keinginan sederhana untuk punya jendela di rumah sendiri tak bisa langsung terwujud.
Kondisi ekonomi kedua orangtua Rara tak memungkinkan mereka bisa membuat jendela. Tinggal di daerah perumahan sempit area permakaman Kota Jakarta, memiliki rumah yang nyaman adalah impian yang begitu besar. Namun, Rara tak putus asa begitu saja. Ia tetap memegang erat mimpinya untuk bisa memiliki jendela di rumahnya.
Bu Alia hadir di tengah kehidupan Rara sebagai sosok istimewa yang bisa mengajarinya membaca dan menulis. Namun, Alia sebenarnya punya masalah yang cukup pelik soal jodoh. Ada sebuah impian besar yang ingin ia bangun walau jalannya pun tak mudah. Di usianya yang masih belia, Rara dihadapkan pada hidup yang cukup berat. Tak lama setelah ia mendapat sebuah kabar bahagia, ia malah kehilangan seseorang yang paling berharga dalam hidupnya. Tidak cuma sekali. Sebuah kehilangan lain pun membuat ia mau tak mau harus bisa bertahan kuat melanjutkan hidupnya.
Impian Rara untuk memiliki jendela di rumahnya tampak begitu sederhana. Tapi juga membawa simbol yang begitu penting soal harapan. Rumah Tanpa Jendela mengandung banyak pesan yang sangat menyentuh hati. Soal perjuangan hidup dan pentingnya memiliki harapan untuk membuat hidup layak untuk diperjuangkan.
Teman-teman Rara pun memberi warna sendiri. Ada yang takut dengan badut. Ada yang bicaranya gagap tapi begitu menyayangi teman-temanya. Ada juga gadis cilik yang sering dimarahi ibunya. Lalu ada juga seorang teman Rara yang mengidap autis yang hobi menggambar. Dari sosok-sosok kecil ini kita bahkan bisa banyak belajar soal kebahagiaan yang bisa didapat dengan cara sederhana.
Rumah Tanpa Jendela, novel ini membawa banyak pesan positif. Soal kehidupan, persahabatan, harapan, impian, bahkan juga soal jodoh. Dari hal-hal yang sederhana kita bisa mendapat banyak sekali pelajaran besar.
Analisis Tokoh :
Dalam novel Rumah Tanpa Jendela, Asma Nadia memperkenalkan tokoh utama bernama Rara, seorang anak perempuan dari keluarga kurang mampu yang tinggal di rumah sempit dan pengap tanpa jendela. Meskipun hidup dalam keterbatasan, Rara digambarkan sebagai sosok yang ceria, penuh semangat, dan tidak pernah kehilangan harapan. Impian Rara sangat sederhana—ia hanya ingin memiliki sebuah jendela di kamarnya agar bisa melihat langit. Namun dari mimpi yang terlihat kecil itulah muncul makna besar: bahwa setiap orang berhak bermimpi, tak peduli seberat apa pun hidup yang dijalani. Rara menjadi lambang ketulusan, kekuatan mimpi, dan semangat hidup dari seorang anak kecil yang tumbuh di lingkungan terpinggirkan.
Kedua orang tua Rara juga menjadi tokoh penting dalam cerita. Ayah Rara digambarkan sebagai sosok yang sabar dan pekerja keras. Meski penghasilannya sangat terbatas, ia tetap berusaha membahagiakan keluarganya dan mendukung keinginan kecil anaknya. Ibu Rara, di sisi lain, tampil sebagai sosok penuh kasih sayang yang lembut dan tabah. Ia selalu menjaga dan merawat anak-anaknya dengan penuh cinta, menjadi pilar ketahanan emosional dalam keluarga. Kedua tokoh ini merepresentasikan keluarga miskin yang tetap hangat dan saling menyayangi di tengah kesulitan.
Selain itu, hadir pula tokoh pendukung seperti Wati, teman Rara yang memiliki keterbatasan fisik. Meski berbeda, Rara tetap menerima Wati apa adanya dan menjalin persahabatan yang tulus dengannya. Hubungan mereka menjadi cermin dari nilai-nilai empati, inklusi, dan persahabatan tanpa syarat.
Tokoh-tokoh lain seperti tetangga, guru, dan masyarakat sekitar menampilkan beragam sikap terhadap kondisi Rara dan keluarganya. Ada yang acuh, namun ada pula yang peduli. Melalui mereka, Asma Nadia ingin menunjukkan realitas sosial yang kerap dihadapi anak-anak dari keluarga miskin: antara harapan dan ketidakpedulian masyarakat.
Secara keseluruhan, para tokoh dalam novel ini tidak hanya berperan dalam alur cerita, tetapi juga menghidupkan pesan moral yang kuat. Mereka menjadi gambaran nyata tentang perjuangan, kasih sayang, ketidaksetaraan sosial, dan harapan yang tak pernah padam.
Kelebihan buku :
• Novel ini berhubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain harmonis dan bisa menimbulkan rasa penasaran pembaca .
• Penulisan cerita isi novel jelas.
• Terdapat pesan moral yang terkandung di dalamnya.
Kekurangan buku :
• Alur ceritanya yang sedikit melompat-lompat sehingga para pembaca merasa agak bingung untuk dapat memahaminya.
• Seandainya ceritanya dikemas dalam bentuk tulisan yang mengalir tanpa harus tiba-tiba membahas satu orang atau membahas satu kejadian yang berbeda di tengah cerita pasti ceritanya akan lebih bagus.
Novel Rumah Tanpa Jendela mengandung pesan moral yang menyentuh dan relevan dengan kehidupan nyata. Melalui tokoh Rara, pembaca diajak menyadari bahwa mimpi dan harapan tidak mengenal batas, bahkan dalam kondisi hidup yang serba kekurangan. Rara mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak harus mewah, dan impian sekecil apapun seperti ingin memiliki jendela bisa menjadi sumber semangat hidup.
Selain itu, novel ini menyampaikan pentingnya empati dan kepedulian sosial. Banyak anak seperti Rara yang hidup dalam keterbatasan, namun tetap memiliki semangat tinggi dan hati yang besar. Asma Nadia juga ingin membuka mata pembaca tentang ketimpangan sosial yang masih terjadi di sekitar kita, sekaligus mengajak untuk tidak memandang rendah orang lain hanya karena latar belakang ekonomi.
Pesan lain yang kuat dalam novel ini adalah nilai kekeluargaan dan kasih sayang. Di tengah kesulitan hidup, keluarga Rara tetap saling mendukung dan menguatkan. Mereka menjadi bukti bahwa cinta dan kebersamaan mampu memberi kekuatan bahkan dalam situasi paling sulit sekalipun.
Secara keseluruhan, Rumah Tanpa Jendela mengajarkan pembaca untuk tetap bersyukur, bermimpi, dan peduli terhadap sesama—sebuah pesan sederhana namun bermakna dalam kehidupan sehari-hari.
Comments
Post a Comment